JURI RAKYAT |
- Legenda Baru Klinting - Cerita Rakyat Jawa Timur (Ds. Bringin, Kec. Pare)
- Cerita Rakyat Jawa Timur - Kisah Sembilan Makam Mbah Soleh di Masjid Ampel (Murid Sunan Ampel Surabaya)
- Legenda Naga Raja Dan Angkling Darma - Cerita Rakyat Jawa Timur
- Angkri, Jagoan Tanjung Priok yang Angkuh - Cerita Rakyat
Legenda Baru Klinting - Cerita Rakyat Jawa Timur (Ds. Bringin, Kec. Pare) Posted: 28 Jun 2013 07:01 PM PDT Alkisah di jaman dahulu kala, di Pulau Majeti ada seorang pertapa bernama Sang Aji Saka, dengan didampingi empat orang sahabatnya yaitu bernama: Dugo, Dora, Prayoga, Sembada. Terdorong oleh keinginan yang membara Sang Aji Saka ingin pergi ke pulau Angejawi (Jawa) dengan diikuti tiga sahabatnya Dugo, Prayoga dan Dora. Sedangkan Sembada ditugaskan di pertapaan menunggu keris pusaka Sang Aji Saka. Pesan Sang Aji Saka kepada Sembada: sepergi saya ke pulau Jawa, siapapun orangnya tidak boleh mengambil keris pusaka, kecuali Sang Aji Saka sendiri. Dan Sembada teguh memegang pesan dan janji sebagaimana yang diamanatkan oleh Sang Aji Saka. Perjalanan Sang Aji Saka sampai di Pulau Jawa. Pada waktu itu keadaan di pulau Jawa sedang terjadi malapetaka dan huru-hara, karma adanya seorang raja dari negara Medang Kamolan yang berjejuluk Prabu Dewata Cengkar, yang tak henti-hentinya memakan daging manusia laki-laki. Sehingga kehidupan masyarakat di pulau Jawa semakin gonjang-ganjing, dan masyarakatnya banyak yang mengungsi ke hutan-hutan dan gunung-gunung untuk menyelamatkan jiwa raganya. Konon perjalanan Sang Aji Saka sampai di Pulau Jawa dan sudah berada di Kerajaan Medang Kamolan dan menginap di rumah seorang janda yang terkenal. Kala itu Prabu Dewata Cengkar dengan seluruh punggawanya sampai di rumah janda cantik. Dan langsung rumah janda itu didobraknya. Perasaan janda sangat takut bukan kepalang, jangan-jangan sudah tahu kalau Sang Aji Saka menginap di rumahnya akan dimakannya. Kala itu Sang Aji Saka, maju perlahan-lahan dengan tenangnya menemui Prabu Dewata Cengkar dan menyambutnya dengan salam kehormatan. Seketika itu pula Prabu Dewata Cengkar dengan suara gemuruh menyuruhnya Sang Aji Saka untuk pulang ke Pulau Majeti, bila tidak mau pulang akan dimakan hari ini juga. Ternyata Sang Aji Saka tidak mau pulang dan siap menerima untuk dimakan oleh Prabu Dewata Cengkar. Dengan muram Prabu Dewata Cengkar melihat Aji Saka langsung pulang ke Istana Negara Medang Kamolan, dan para prajurit serta hulubalang segera menangkap Aji Saka untuk dibawa ke Medang Kamolan untuk diproses kematiannya. Sebelum Aji Saka dimakannya, terlebih dahulu diberinya kesempatan, Aji Saka untuk menyampaikan sesuatu, karena Prabu Dewata Cengkar masih menghormati bahwa Aji Saka adalah seorang pertapa. Sang Aji Saka hanya meminta secuil tanah seluas destar (udeng) yang dipakai Aji Saka. Jawab Sang Prabu dengan kerasnya: "Untuk apa secuil tanah tersebut?". Jawab Aji Saka: "Akan dibuatnya lobang, yang nantinya untuk menimbun tulang-tulang yang tersisa" . Permintaan Aji Saka, tanah yang seluas destar itu harus berada di halaman alun-alun kerajaan yang berdekatan dengan pesisir lautan. Keesokan harinya sekitar pukul 06.00 diadakan upacara kehormatan atas terkabulnya permintaan Aji Saka. Kala itu Aji Saka melepas destarnya dan diletakkan di halaman alun-alun, sedangkan Prabu Dewata Cengkar tidak boleh menyentuh destar tersebut. Aneh dan ajaibnya setelah destar diletakkan di alun-alun, destar tersebut semakin meluas dan melebar dan semakin berkembang. Apa yang hendak dikata, melebar dan meluasnya 'Destar/Udengnya Sang Aji Saka', Prabu Dewata Cengkar semakin terdesak oleh destar tersebut, sehingga seluruh tubuh Prabu Dewata Cengkar tercebur ke dalam samudra selatan atau Segara Kidul. Eloknya keadaan tubuh sang prabu dewata cengkar berubah menjadi "Seekor Buaya Putih", orang jawa menyebut "Bajul Putih", dan menyatu dengan buaya-buaya putih yang jumlahnya ribuan. Dan Buaya Putih Prabu Dewata Cengkar diangkat menjadi rajanya. Dulu menjadi raja manusia, sekarang menjadi raja buaya, kala itu Sang Aji Saka hanya termenung melihat kejadian alam di dalam samudra kidul. Sewaktu Sang Aji Saka berjalan-jalan dipinggir pantai segara kidul di sebelah alun-alun Kerajaan Medang Kamolan, tanpa ada tanda-tanda, menyeranglah Bajul Putih dengan dahsyatnya dan terjadilah peperangan hebat dengan Aji Saka. Bajul Putih merasa tidak dapat mengimbangi kekuatan sang Aji Saka, segera seluruh bajul putih yang ribuan jumlahnya untuk mengeroyok Sang Saka. Seluruh buaya dapat dikalahkan dengan sekejap, yang masih hidup karena ketakutan banyak yang masuk ke dalam samudra kembali. Buaya-buaya putih yang sudah berbangkai ditumpuk sepanjang pantai dan diberinya nama Gunung Kapur Selatan. Kemenangan Sang Aji Saka menjadi kebanggaan seluruh rakyat Medang Kamolan, rakyat yang dulu takut dan sedih kini menjadi gembira dan merasa aman. Rakyat yang berlindung di hutan-hutan dan di gunung-gunung kini pulang ke kampung halamannya dan bertemu dengan sanak keluarganya. Dan Sang Aji Saka dinobatkan menjadi raja di Negara Medang Kamolan. Gelar yang diberikan adalah "SANG MAHA PRABU AJI SAKA" Prabu Aji Saka memerintah dengan arif bijaksana, hambeg para amarta, dilengkapi dengan sabda pandita raja dan teguh memegang pusaraning keadilan. Damailah rakyat Medang Kamolan. Tepat pada hari Respati manis Sang Prabu Aji Saka menggelar Pasewakan agung yang dihadiri lengkap para menteri bupati dan brahmana serta senapati perang kerajaan Medang Kamolan. Tak ketinggalan pula sahabat kinasihnya yaitu Duga, Prayoga, dan Dora. Setelah memberikan ajaran-ajaran dan petunjuk kesegenap yang hadir di Pasewakan, Sang Prabu Aji Saka memerintahkan kepada Dora untuk berangkat ke Majeti untuk mengambil keris pusaka di pertapaan untuk dibawa pulang ke Medang Kamolan sebagai pusaka kerajaan. Tanpa meniawab sepatahpun, Dora mohon pamit dan langsung berangkat ke Majeti untuk menemui sahabatnya Sembada. Sesampainya di pulau Majeti, Dora bertemu dengan Sembada yang sudah sudah lama berpisah dan kala itu juga saling melepas rasa kerinduannya. Selanjutnya Dora menyampaikan seluruh pesan Sang Prabu Aji Saka tanpa ada yang tertinggal, terutama tentang tugasnya untuk mengambil keris di pertapaan. Sembada merasa kaget mendengar keris akan diambil oleh Dora karena sepengetahuannya Sang Aji Saka sendirilah yang akan mengambil keris tersebut. Maka bersikukuhlah Sembada tidak akan memberikan keris kepada Dora. Terjadilah pertengkaran mulut diantara keduanya dan berlanjut pada pertempuran fisik. Akhirnya mereka berdua mati bersama dalam pertempuran sengit tersebut. Kematian ini oleh orang jawa disebut sebagai "'mati sampyuh ". Suasana alam perti berkabung, matahari tidak mengeluarkan sinar dibarengi dengan hujan gerimis kecil putih-putih. Kala itu juga Sang Aji Saka keluar dari istana, menatap langit, samodra kidul dan memanggil para brahmana untuk bersantiaji Keprabon. Di malam harinya Sang Prabu Aji Saka mendapat ilham Ha, Na, Ca, Ra, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, Va, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga, Sampai sekarang di jaman modern seperti sekarang ini, kita orang Jawa harus selalu berfilsafat dengan ajaran: Ha, Na, Ca, Ra, Ka, dst … yang berarti, apakah yang kita ketahui tentang Ha,Na,Ca … dst sebagai konsep atau idea ajaran kearifan orang jawa yang bersumber dari karya susastra jawa yang berlandaskan dengan keluhuran Cipta, Rasa, Karsa, Budi, Karya yang menjelma kedalam konsep pakarti berketahanan "Budaya Bangsa". Sehingga orang suku Jawa yang rnenyebar di seluruh pelosok tanah air jangan sampai meninggalkan warisan leluhurnya. Setelah sang prabu membeberkan tentang ilham tersebut ke seluruh yang hadir di pasewakan, sang maha prabu mengajak seluruh punggawa kerajaan untuk berinkognito (turba) atau turun ke desa-desa. Dengan warna baru sang prabu melihat kerajaan Mendang Kamolan yang ternyata keadaan negaranya "panjang punjung, pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, karta tata tur raharja". Matahari terus bergulir menuju kodrati-Nya hari semakin sore, setelah istirahat sejenak, di kala itu segera Sang Prabu Aji Saka memerintahkan ke segenap yang ada di situasi itu untuk membuat tenda-tenda alami (bivoac) yang terbuat dari daun-daun, dan dari kayu yang alami untuk beristirahat untuk persiapan tenaga di esok harinya. Saat para hulubalang beristirahat total, di sore harinya Sang Prabu Aji Saka berkelana seorang diri sambil menikmati udara sore menatap cakrawala yang terselubung mendung tipis serta ditutupi kabut gerimis seperti salju semakin meresap ke sumsum tulang. Sambil menikmati keindahan alam di Negara Medang Kamolan sampailah posisi Sang Prabu Aji Saka di desa yang paling terpencil hampir berdekatan di pinggir hutan, sayup-sayup terdengar lantunan lesung yang jumengglung yang kadang kala diiringi bertenggernya ayam jantan. Hati Sang Prabu semakin penasaran ingin mencari dimana tempat suara itu berada. Ternyata dilihatnya bahwa lesung itu ternyata seorang wanita cantik sedang menumbuk padi di gubuk belakang rumahnya, yang didampingi seekor ayam jantan. Sang Prabu Aji Saka semakin mendekat dan diintainya wanita penumbuk padi itu dari sela-sela lobang dinding bambu yang sudah setengah reot itu. Dengan asyiknya wanita cantik itu menumbuk padi dan secara diam-diam Sang Prabhu Aji Saka melihat dan mengamati dari dekat wanita tersebut dan ternyata wanita ini memiliki kecantikan yang luar biasa bagaikan dewi dari kahyangan. Begitu sang Prabhu Aji Saka melihat kecantikan wanita ini, maka munculah perasaan cinta yang tidak bisa tertahankan, dan pada akhirnya secara tidak sengaja Sang Prabhu Aji Saka mengeluarkan cairan dari tubuhnya yang membasahi tanah setempat. Sang Prabu Aji Saka perlahan-lahan beranjak dari tempatnya berada, sambil melangkah dengan perasaan berat untuk meninggalkan tempat itu, kemudian sang prabu memberi kode aji saka yang digoreskan pada dinding bambu. Dan meninggalkan tempat tersebut, sebagai kenangan tempat wanita cantik yang menumbuk padi. Sepeninggal Sang Aji Saka dari tempat itu, wanita cantik penumbuk padi tidak mengetahui kejadian di lingkungan lesung tersebut, kecuali si ayam jagonya yang menggodanya, maka dipukullah ayam jago itu dengan tangkai padi oleh sang prabu, sambil melompat setengah terbang si ayam jago bersuara keeoooook, jatuh tepat di tempat Sang Prabhu Aji Saka sewaktu mengintip wanita cantik penumbuk padi. Anehnya si ayam jago melihat sebutir putih seperti beras itu lalu dipatuknya kemudian ditelannya dan kembali lagi ke lesung. Dan disaat yang bersamaan wanita cantik ini berkemas-kemas akan meninggalkan tempatnya menumbuk padi. Sang putri masuk ke rumahnya dan langsung menuju ke pedharingan/genthong tempat menyimpan beras, setelah selesai pergilah sang putri ke sumur untuk mandi, dan kala itu bersamaan si ayam jago masuk ke dalam kandang, memang waktu itu hari sudah masuk ke saat senja menjelang malam. Matahari sudah masuk ke cakrawala dan malam telah mengganti suasana waktu. Dengan bergesernya waktu, kala semakin malam sang putri mulai tidur, namun tidak dapat memejamkan mata (tidur-tidur ayam) entah apa yang terjadi sepertinya ada sesuatu yang tidak dapat diterjemahkan. Semakin gaduh perasaan sang putri terdengarlah bertenggernya si ayam jago yang melengkapi semakin risaunya emosi sang putri. Si ayam jago semakin berulang-ulang bertengger dan terdengarlah bertenggernya si ayam jago dengan suara ngungkung lenturan panjang sepertinya dengan disertai seluruh tenaganya. Dengan perasaan semakin gusar bangunlah sang putri dari tempat tidurnya dan keluar mengambil segenggam daun kelapa kering dan disulutnya ujung daun kelapa itu. Perlahan sang putri menuju kandang ayam jagonya, ternyata si jago tidak lagi berada pada tempat pagakan/pangkringannya tetapi berada di tanah dengan keadaan "Ndekem". Terkejut hati sang putri lalu di ambilnya si ayam jago dan diletakkan di pagakan tempat tidurnya. Anehnya selesainya sang putri meletakkan kembali si jago ke pagakan, ternyata tempat ndekemnya si ayam jago tadi ada sebutir telur putih besar lonjong sebesar telur angsa. Dengan hati senang campur iba, aneh tapi nyata. Unik dan menarik dibawanva telur pulang dan dimasukkan ke dalam genthong tempat menyimpan beras. Tujuh hari kemudian, saat sang putri mengambil beras untuk ditanak, tangan sang putri menyentuh sesuatu dan sang putri tanpa rasa takut sama sekali, malah dibelai dengan mesranya. Dengan perasaan iba sang putri melihatnya, ternyata seekor ular sowo kembang yang berbau wangi, dengan rasa cinta diambilnya ular itu di pinang dan dibawa ke tempat tidurnya. Sang putripun tidak jadi untuk menanak nasi, seolah sudah merasa kenyang. Di manja, dipeluk, dan diciumnya, si sowo kembang dengan tak henti-hentinya seolah seperti sang bayi yang baru lahir dari kandungan sang putri. Di pagi hari si sowo kembang, ingin keluar untuk melihat suasana dan diikuti oleh sang putri sebagai pengganti ibunya. Sampailah sowo kembang di tempat lesung dan bermain-main seolah-olah ada sesuatu bagi dirinya. Kala itu sowo kembang tidak mau pindah dari dinding reot, dan di tempat itulah si sowo kembang dapat berbicara layaknya manusia, dan bertanyalah si sowo kembang kepada sang putri. Semula mau melontarkan pertanyaan ini agak termangu-mangu, tetapi terdorong rasa yang kuat akhirnya terlontarlah sebuah pertanyaan dengan nada yang datar, "Sang putri, siapakah sebenarnya ayahku ini?". Dengan menoleh ke dinding reot itu sang putri menjawab, wahai ular sawo kembang yang perkasa, ayahmu adalah seorang pertapa agung, di gunung urung-urung yang bernama AJI SAKA, yang sebenarnya petapa dan juga adalah seorang raja. Dengan tanpa dipikir panjang si sowo kembang langsung mohon doa restu untuk menuju ke gunung urung-urung seketika di lingkungan pertapaan berbau wangi, dan terkejut hati sang Aji Saka. Dengan tanpa menunggu waktu lama datanglah si sowo kembang menghadap sang maha muni, dengan menghaturkan sembah sungkem, bersamaan itu pula keluarlah suara bernada geram Sang Aji Saka, "Siapakah kamu ini?". Jawab Sowo Kembang: "Saya diperintah oleh ibu penumbuk padi untuk datang kesini, sebab sang pertapa adalah ayahku". Mendengar putri penumbuk padi terkejutlah sang Aji Saka dan teringat terhadap peristiwa lamanya. Jadi kedatanganmu kesini sebenarnya mau apa? Kedatangan saya kesini adalah:
Potongan lidah Naga Baru Klinthing melesat ke angkasa dan suara alam mengiringi dengan tanda gaib yang mengerikan. Naga Baru Klinthing setelah terpenggal lidahnya, tubuhnya bergerak di dalam tanah di sekitar gunung urung-urung yang akhirnya tanah menjadi gundhukan (bukit kecil) dan langsung di malam itu diiringi oleh suara halilintar serta kilat thathit yang mengerikan, bersamaan suara guruh di angkasa yang mencekam, dari jauh suara gelombang tsunami samudra yang seolah menggulung jagad. Sirepnya suara alam yang mengerikan tadi, hadirlah "MANUSIA BAJANG" , (jawa bocah bajang, bocah kerdil) akan berkelana di sekitar desa. Konon masyarakat desa tersebut akan merayakan hari bersih dusun, dan beramai-ramailah masyarakat dusun untuk membersihkan halaman rumah dan lorong-lorong jalan, serta lingkungan gundhukan tanah yang dekat dengan jalan itupun diratakan agar tidak menutupi jalan. Saat seorang pekerja yang menebang kayu di sekitar gunung urung-urung, memecok akar kayu keluarlah darah yang memancar, dan terkejutlah orang-orang di dekatnya. Kala itu membuat penasaran seluruh orang-orang yang bekerja gotong royong tersebut. Dan dibongkarlah seluruh gundhukan tanah yang melingkar, ternyata daging binatang besar. Tidak berpikir panjang di potong-potonglah daging tersebut untuk dibawa ke rumah masing-masing persiapan untuk pesta di hari bersih dusun. Masyarakat sangat senang hatinya karena diacara bersih dusun kali ini, lauk pauknya dengan serentak menggunakan daging. Di saat masyarakat memasak daging didatangi oleh manusia bajang, dari rumah ke rumah, yang dengan sengaja meminta makan lengkap dengan lauk pauknya. Ternyata tidak satu keluargapun yang mau memberi makan kepada si bocah bajang tersebut, bahkan diusirnya. Berjalan dengan tenanglah bocah bajang dari rumah ke rumah, dan sampailah ke rumah yang berada di sudut desa terpencil tepatnya di pinggir desa di sela-sela hutan kecil dan rawa-rawa. Dialah si janda tua renta, dalam gubuk kecil yang rajin dan bersih dipagari dengan bunga-bunga indah juga terhiasi oleh kukusnya dupa sesaji. Janda tua sedang memasak daging yang nantinya akan dibawa untuk bersih dusun, datanglah bocah bajang meminta makan lengkap dengan lauk pauknya. Dengan lahapnya nasi dihabiskan, tak sepotong dagingpun ada yang dimakannya, dan ditinggalkan di dalam piring sambil berpesan, bersiap-siaplah sang nenek dengan enthong yang bertangkai panjang serta lesung yang nanti akan besar manfaatnya. Bersama kata akhir itu menghilanglah si bocah bajang tersebut. Si nenek tua merenung sebentar, sebenarnya si nenek adalah wanita ahli bersemedi, langsung mohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberinya perlindungan. Di waktu itu malam sudah berlalu, di pagi harinya seluruh masyarakat mulai berkumpul di balai dusun untuk melaksanakan upacara bersih dusun, lengkap dengan sesaji, makanan serta pauk pauknya. Dikala ujub kenduri sedang berlangsung, datanglah si bocah bajang dengan suara lantang "Hentikan dulu ujub kenduri ini", sebab akan diberinya sebuah sayembara untuk memeriahkan acara bersih dusun tersebut. Sayembaranya adalah: "barang siapa yang dapat mencabut lidi yang saya tancapkan di halaman balai dusun ini, saya bersedia untuk dipotong-potong badannya, tetapi bila tidak dapat mencabutnya seluruh masakan daging ini akan saya rampas semua tanpa terkecuali". Masyarakat yang sedang melaksanakan kenduri bersih dusun menjadi berang dan marah mendengar sayembara si bocah bajang tersebut. Keluarlah seluruh masyarakat yang sedang berpesta pora ke halaman balai dusun, dan melingkari si bocah bajang berusaha untuk mencabut lidi yang ditancapkannya. Setelah satu persatu mencabut, tak ada yang berhasil juga. Akhirnya berkelompoklah masyarakat untuk mencabut lidi yang tertancab. namun hasilnya pun sia-sia. Dengan serentak masyarakat menyuruhnya si bocah bajang untuk segera mencabut lidi yang tertancap. Perasaan haru bercampur gundah, dengan tangan kirinya lidi itu dipegangnya. Wajah menatap ke langit, sambil mengucap doa pelan-pelan lidi itu dicabutnya. Tercabutlah lidi itu, dan seketika keluarlah sumber air yang jernih mengalir kearah barat. Seluruh masyarakat menjadi malu hati, karena melihat berhasilnya si bocah bajang mencabut lidi itu. Akhirnya dikeroyoklah bocah bajang, dan larilah perlahan meninggalkan halaman balai dusun. Semakin dikeroyok semakin banjir pula sumber air tersebut. Dengan banjirnya air dari sumber mata air yang ajaib ini, seolah "BANJIR BANDANG, DAN BANYAK MANUSIA YANG TENGGELAM", menjadi korban, yang masih hidup berteriak minta tolong. Kala itu pula si bocah bajang menghilang dari permukaan, dan akan rnenyatu dengan lidah Naga Baru Klinthing yang melesat ke angkasa, bersama itu pula hilangnya lauk pauk entah kemana. Hanya janda tua yang tempo hari memberi makan kepada si bocah bajang yang selamat karena menuruti pesannya untuk naik lesung dengan berdayung enthong sambil menanti surutnya air bah. Ternyata setelah air banjir surut lesung berhenti di sebelah sumber mata air, dan si nenek tua menamakan sumber mata air tersebut "SUMBER BARU KLINTHING" dan terkenal sampai sekarang legendanya di Dusun Bunut, Desa Bringin, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. |
Posted: 28 Jun 2013 07:51 AM PDT Masjid Ampel di Surabaya menyimpan banyak cerita unik. Salah satunya tentang Mbah Sholeh, yang tak lain adalah murid Sunan Ampel. Dikisahkan juru kunci Masjid Ampel, H Baidowi Muri, selain santri yang setia dari sekian banyak murid Sunan Ampel, Mbah Sholeh juga dikenal rajin membersihkan masjid. Bahkan bisa dikatakan, dia adalah tukang sapunya masjid. "Beliau memang diceritakan sangat rajin. Kalau jaman sekarang jabatan itu adalah bagian perlengkapan di masjid ini (Masjid Ampel)," kata Ustad H. Baidowi yang juga petugas Bilal Masjid Ampel saat berbincang VIVAnews.com di Masjid Sunan Ampel, Surabaya, Sabtu 6 Agustus 2011. Bahwa banyak kabar yang menyebut Mbah Sholeh sembilan kali meninggal dunia, Baidowi tidak menampiknya. Dia mencoba mengisahkan kabar tersebut. Dikesehariannya yang rajin mengaji dan menimba ilmu, Mbah Sholeh dikenal sebagai sosok yang rajin. Terutama soal kebersihan masjid. Bahkan, kebiasaannya menjaga kebersihan masjid mendapat pujian banyak orang. Tidak terkecuali gurunya sendiri, Sunan Ampel. Hingga suatu hari, datang ajal, Mbah Sholeh meninggal dunia. Jasadnya kemudian dimakamkan di area masjid. Sejak kepergiannya itu, masjid tidak menemukan pengganti Mbah Sholeh untuk bersih-bersih masjid. Disatu waktu, keunikan terjadi. Saat masjid dalam keadaan kotor, Sunan Ampel pun tiba-tiba teringat dengan muridnya itu. "Dikisahkan, dalam kondisi seperti itu, atau saat Sunan Ampel melihat masjid kotor meski hanya bergumam dalam hati, kemudian muncullah sosok serupa Mbah Sholeh," kata Baidowi. Sosok serupa itu, bukanlah Mbah Sholeh yang hidup lagi. Tapi entah darimana sosok itu muncul. Dan entah mengapa, tiba-tiba sosok serupa itu melakukan kebiasaan seperti yang Mbah Sholeh lakukan. Menyapu dan membersihkan masjid. Kegiatan itu pun terus menerus terjadi. Hingga Sunan Ampel meninggal dunia. "Ya begitulah, muncul sosok serupa Mbah Sholeh. Keberadaan dan aktifitasnya sama seperti Mbah Sholeh," kata lelaki 57 tahun itu. "Memang ada versi lain, terutama soal meninggalnya Mbah Sholeh," katanya. Versi lain menyebutkan, Mbah Sholeh yang telah meninggal dan dikubur, selalu kembali muncul saat yang tepat. Yakni saat masjid dalam keadaan kotor atau saat Sunan Ampel berharap ada sosok Mbah Sholeh. Kebiasaan membersihkan masjid selalu dilakukan oleh sosok serupa Mbah Sholeh. Namun, seiring waktu, sosok Mbah Sholeh itu pun meninggal. Dan anehnya, kejadian sosok dengan kebiasaan sama itu terus berulang. Terus terulang hingga sembilan kali meninggal. Hingga Sunan Ampel meninggal dunia. Bahkan, fisik ke-sembilan makam Mbah Sholeh bisa dilihat berada di samping masjid Agung Sunan Ampel. Ada sembilan makam berjajar yang posisinya berada di timur makam Mbah Sonhaji. Tapi dijelaskan Baidowi, itu bukan makam sembilan orang. Melainkan, hanya makam seseorang, yakni Mbah Sholeh. "Itulah kisah Mbah Sholeh," imbuhnya. Setiap Ramadhan datang, banyak peziarah datang. Selain berziarah ke makam Sunan Ampel, peziarah juga selalu menunjungi makam Mbah Sholeh dan murid lainnya yang bernama Mbah Bolong. "Keberadaan Sunan Ampel memang menelurkan banyak kiai, baik yang dikenal atau tidak termasuk Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji atau Mbah Bolong. Saat Ramadhan banyak peziarah yang datang bertawassul. Bagi kita yang penting tidak syirik, |
Legenda Naga Raja Dan Angkling Darma - Cerita Rakyat Jawa Timur Posted: 28 Jun 2013 07:42 AM PDT Salam Metafisika menembus dimensi ruang dan waktu , Siang itu, Team 9 penjuru mata angin melakukan petualangan ke sebuah tempat yang menjadi cagar budaya di desa mirigambar sumbergempol tulungagung, yaitu candi Angkling Darma Mmiri gambar. Sebenarnya ini dalam rangka mempersiapkan petualangan yang akan di laksanakan secara sakral pada malam harinya, namun ketika Team baru menapakkan kaki di pintu gerbang masuk candi, kami sudah di sapa dengan suasana dan atmosfir yang bukan berasal dari dunia yang sama . Pandangan metafisika master menterjemahkan ,bahwa siang itu telah duduk dua ekor binatang kesayangan raja anglingdharma ,berupa Naga raja dan seekor harimau. Apakah benar sosok Naga Raja dan Harimau yang muncul itu sesuai dengan sejarah yang tertulis ? Team 9 penjuru kroscheck dengan seorang juru kunci setempat bernama bapak SUyoto, lelaki 40 tahun itu menjelaskan rentetan sejarah yang pernah ada . Prabu Anglingdarma adalah nama seorang tokoh legenda dalam tradisi Jawa, yang dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Salah satu keistimewaan tokoh ini adalah kemampuannya untuk mengetahui bahasa segala jenis binatang. Selain itu, ia juga disebut sebagai keturunan Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata. Anglingdarma sangat gemar berburu. Pada suatu hari ia menolong seorang gadis bernama Setyawati yang dikejar harimau. Setyawati lalu diantarkannya pulang ke rumah ayahnya, seorang pertapa bernama Resi Maniksutra. Tidak hanya itu, Anglingdarma juga melamar Setyawati sebagai istrinya. Kakak Setyawati yang bernama Batikmadrim telah bersumpah barangsiapa ingin menikahi adiknya harus dapat mengalahkannya. Maka terjadilah pertandingan yang dimenangkan oleh Anglingdarma. Sejak saat itu, Setyawati menjadi permaisuri Anglingdarma sedangkan Batikmadrim diangkat sebagai patih di Kerajaan Malawapati. Pada suatu hari ketika sedang berburu, Anglingdarma memergoki istri gurunya yang bernama Nagagini sedang berselingkuh dengan seekor ular tampar. Anglingdarma pun membunuh ular jantan sedangkan Nagagini pulang dalam keadaan terluka. Nagagini kemudian menyusun laporan palsu kepada suaminya, yaitu Nagaraja supaya membalas dendam kepada Anglingdarma. Nagaraja pun menyusup ke dalam istana Malawapati dan menyaksikan Anglingdarma sedang membicarakan perselingkuhan Nagagini kepada Setyawati. Nagaraja pun sadar bahwa istrinya yang salah. Ia pun muncul dan meminta maaf kepada Anglingdarma. Nagaraja mengaku ingin mencapai moksa. Ia kemudian mewariskan ilmu kesaktiannya berupa Aji Gineng kepada Anglingdarma. Ilmu tersebut harus dijaga dengan baik dan penuh rahasia. Setelah mewariskan ilmu tersebut Nagaraja pun wafat. Sejak mewarisi ilmu baru, Anglingdarma menjadi paham bahasa binatang. Pernah ia tertawa menyaksikan percakapan sepasang cicak. Hal itu membuat Setyawati tersinggung. Anglingdarma menolak berterus terang karena terlanjur berjanji akan merahasiakan Aji Gineng, membuat Setyawati bertambah marah. Setyawati pun memilih bunuh diri dalam api karena merasa dirinya tidak dihargai lagi. Anglingdarma berjanji lebih baik menemani Setyawati mati, daripada harus membocorkan rahsia ilmunya. Ketika upacara pembakaran diri digelar, Anglingdarma sempat mendengar percakapan sepasang kambing. Dari percakapan itu Anglingdarma sadar kalau keputusannya menemani Setyawati mati adalah keputusan emosional yang justru merugikan rakyat banyak. Maka, ketika Setyawati terjun ke dalam kobaran api, Anglingdarma tidak menyertainya. Jelaslah sudah penampakkan Harimau besar yang sering muncul di halaman candi mirigambar ,bisa dibenarkan adanya . Namun kemanakah Nagaraja ? apakah ia juga mendekam disana ? atau sudah pergi ? Nagaraja,digambarkan sebagai sosok yang tenang dan tidak angkuh, seperti aura seputar candi mirigambar siang itu, sama sekali tidak menampakkan kesombongan dan nuansa mistis seperti kebanyakan tempat tempat peninggalan bersejarah kebanyakan. namun , apakah itu berarti candi Angkling darma mirigambar , adem adem saja tidak ada aktivitas dari dunia lain ? Nagaraja dan harimau anglingdharma, rupa rupanya bukan tanpa maksud dan tujuan berada disana, diyakini seorang yang tidak mau disebutkan namanya seorang spiritual dari kediri, bahwa di dekat candi tepatnya sebelah selatan di bawah tumpukan batu ada harta karun . Team mencoba untuk mendeteksi apakah ada getaran yang sama dari energy yang di maksud . Permata berkilauan di mulut nagaraja adalah Harta karun tertimbun di candi mirigambar .Apakah anda tertarik ? Tidak sedikit orang yang mencoba hal demikian , namun apa yang terjadi ? selalu saja meninggalkan hasil yang di luar nalar .celaka, gila atau meninggal dengan cara yang tidak wajar. Jangankan mengambil harta karun dari mulut nagaraja , kejadian yang pernah ada di warga sekitar candi saat itu di ceritakan sang juru kunci adalah, pernah ada yang mencoba untuk mengambil salah satu relief di lokasi candi dan berniat untuk di jual , namun apa yang terjadi , hingga kini orang tersebut memiliki penyakit jiwa. Lagi lagi Naga Raja yang misterius menyapa team 9 penjuru , lewat cerita cerita yang mengalir dari sang juru kunci, persis atmosfir yang terasa menyapa kami sejak pertama kali memasuki pelataran candi. Ada sebuah terowongan berdiameter 2 meter berada di pojok timur selatan candi, terowongan tersebut bisa jadi adalah pintu masuk sang nagaraja saat itu. Namun sang juru kunci menjelaskan bahwa tepat di terowongan energy tersebut dulunya justru terpampang relief yang telah di pindah karena di pugar dengan alasan agar tidak ambrol. Candi angling dharma dibangun pada masa pemerintahan Sri Wikrawardhana dari kerajaan majapahit dengan bahan baku batu-bata merah yang ukurannya besar. Candi mirigambar/angling dharma adalah satu-satunya candi yang berelief tentang cerita angling dharma. Demikian perjalanan spiritual 9 penjuru mata angin di area candi anglingdharma mirigambar,bersama nagaraja yang anggun dan bijak |
Angkri, Jagoan Tanjung Priok yang Angkuh - Cerita Rakyat Posted: 28 Jun 2013 07:28 AM PDT Cerita Rakyat-Pada masa Hindia Belanda dikenal jagoan silat dari tanjung priok yang tangguh Bernama Angkri, menurut cerita rakya, berbekal kemampuan silatnya Angkri ditakuti lawan-lawannya dan namanya mentereng di seantero Jakarta Hingga kinisayangnya Angkri tidak mempunyai sifat seperti jagoan-jagoan betawi lainya ia dikenal angkuh dan sombong. sifat itulah yang ahirnya menamatkan riwayatnya. kisah kematian angkri kemudian menjadi cerita rakyat yg melegenda.. Cerita Rakyat Angkri Jagoan Tanjung Priok. Sudah jamak kalo dipelabuhan tanjung priok rame dengan kapal-kapal pedagan dari dalam maupun dari luar daerah yg berlabuh untuk bongkar muat berbagai jenis barang seperti hasil bumi atau barang pecah belah, sutra dan sebagainya setelah dibongkar dan diturunkan dari kapal barang-barang itu kemudian di bawa kegudang. Kegiatan bongkar muat itu di intip oleh Angkri jagoan diwilayah sekitar situ, yg tindak tanduknya sudah terkenal sombong dan angkuh. bersama kawanya Bai dan Madun pada malam harinya Angkri mencuri barang-barang pecah belah yang dipunyai opsinder blomekomp. aksi itu ia lakukan dengan mudah tanpa sedikit halangan apapun. Gudang Opsinder Blomekomp Di Bobol Orang. Keesokan harinya, saat mengecek gudangnya, opsinder Bloomekomp terpana melihat pintu gudang terbuka. Begitu masuk ke dalam gudang, opsinder Bloomekomp jadi tambah yakin kalau beberapa barangnya telah diambil orang tanpa seizinnya. 'Siapa orang yang mengambil barang-barang ik*?' batin opsinder Bloomekomp. Tanpa menunggu lama, opsinder Bloomekomp segera melapor pada kepala opas. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama, kepala opas berkesimpulan kalau yang mengambil barang-barang opsinder Bloomekomp adalah Angkri. Kesimpulan ini kemudian dilaporkan kepada opsinder Bloomekomp. "Setelah melakukan penyelidikan, kami berkesimpulan bahwa yang telah mengambil barang-barang meeneer adalah Angkri," kata kepala opas. Kepala opas, Bek Kasan beserta anak buahnya kemudian melakukan pengejaran. Kepala Opas Memburu AngkriKepala opas bertanya pada banyak orang mengenai keberadaan Angkri. Tapi, hampir sembilan puluh sembilan persen orang yang ditanya olehnya mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan Angkri. Hal itu nyaris membuatnya putus asa dan berhenti mengejar Angkri. Namun, terlihat titik terang ketika ada seseorang yang mengatakan kalau Angkri tengah menuju ke Kota Intan. Berangkatlah mereka semua menuju Kota Intan.PerkelahianSementara kepala opas mencari jejak, Angkri dan kawan-kawan sudah sampai di rumah temannya, Pak Ocin, di daerah Kota Intan. Saat itu, Pak Ocin juga tengah kedatangan tamu, yaitu Kasun dan istrinya. Mereka semua teman lama.Setelah beramah tamah barang sebentar, Angkri menyampaikan maksudnya. "Begini, Pak Ocin, kedatangan kami kemari adalah untuk menitipkan barang-barang ini di rumahmu. Sementara aye mencari kapal. Besok pagi, aye sama teman-teman akan mengambilnya lagi." Pak Ocin melihat barang-barang yang dibawa Angkri dkk. Ia sudah menduga bahwa barang-barang yang dibawa Angkri dkk. adalah barang curian. Maka, Pak Ocin menolaknya. "Kagak bisa, Kri!" jawab Pak Ocin, "Gue kagak mau rumah gue dititipin barang curian." Mendengar hal itu, sontak Angkri dkk. marah. Bai dan Madun mencabut golok untuk mengintimidasi Pak Ocin. Kasun yang sedari tadi diam, segera bersuara untuk meredakan ketegangan. "Sabar, Dun! Sabar, Baik! Jangan kalian lakukan itu. Bukankah kita semua adalah teman lama?" Suara Kasun ditanggapi oleh kepretan Angkri. Kena pelipis Kasun hingga berdarah. Itu buat bagian lo, Sun!" teriak Angkri. Naik pitam-lah Kasun mendapat perlakuan seperti itu. Perkelahian di antara Kasun dan Angkri dkk. tak dapat dihindari. Walaupun tangguh, Kasun tak berkutik di hadapan tiga orang jagoan Betawi. Ia pun kalah. Angkri, Bai dan Madun segera meninggalkan tkp. Angkri Menerima HukumanTidak lama kemudian, kepala opas, Bek Kasan, dan anak buahnya sampai di rumah Pak Ocin. Tanpa ditanya sekalipun, mereka sudah tahu kalau yang melakukannya adalah Angkri dkk."Angkri dan kawan-kawan sudah melarikan diri tidak lama sebelum kalian datang," kata Pak Ocin menjelaskan. Kepala opas, Bek Kasan, dan anak buahnya tidak membuang waktu, yang dalam tempo singkat berhasil menyusulnya. "Hei, Angkri, serahin diri lo!" teriak kepala opas. Angkri menengok. "Lebih baik lo cincang gue, daripada gue harus nyerahin diri sama lo!" Para jagoan silat Betawi itu segera berkelahi. Namun, sepertinya perkelahian tidak seimbang. Pihak Angkri yang lelah akibat berkelahi dengan Kasun dan membawa barang, akhirnya berhasil dibekuk. Cerita rakyat ini diakhiri oleh hukuman untuk Angkri dkk. Pengadilan memutuskan Bai dan Madun dihukum bui selama beberapa tahun. Sedangkan, Angkri sendiri dijatuhi hukuman gantung. Nasib jagoan Tanjung Priok pun tamat sampai di sini |
You are subscribed to email updates from Cerita Rakyat To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |